Minggu, 25 April 2010

Hakikat Media Pembelajaran

Ditulis oleh dadimedina di/pada Maret 5, 2009

1. Definisi Media Pembelajaran
Kata Media sendiri berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata Medium yang secara harfiah berarti “ Perantara “ atau “ Pengantar ”. Dengan demikian, maka media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Telah banyak pakar dan juga organisasi (lembaga) yang mendefinisikan media pembelajaran ini, beberapa definisi tentang media pembelajaran ini adalah sebagai berikut :
• Media pembelajaran atau media pendidikan adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk media pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya (Rossi & Breidle, 1966: 3)
• Teknologi Pembawa Pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Jadi media adalah perluasan dari guru (Scram, 1977)
• Sarana Komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk teknologi perangkat kerasnya (NEA, 1969)
• Alat untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya terjadi proses belajar (Briggs, 1970)
• Segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan (AECT, 1977)
• Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa untuk belajar (Miarso, 1989)
• Media merupakan alat saluran komunikasi (Heinich, 1993)
Dari berbagai pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya semua pendapat tersebut memposisikan media sebagai suatu alat atau sejenisnya yang dapat dipergunakan sebagai pembawa pesan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Pesan yang dimaksud adalah materi pelajaran, dimana keberadaan media tersebut dimaksudkan agar pesan dapat lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa.
Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Media pendidikan atau media pembelajaran tumbuh dan atau berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi pembelajaran. Teknologi Pembelajaran itu sendiri tumbuh dari praktek pendidikan dan gerakan komunikasi audio visual. Teknologi Pembelajaran semula dilihat sebagai teknologi peralatan, yang berkaitan dengan penggunaan peralatan, media dan sarana untuk mencapai tujuan pendidikan atau dengan kata lain mengajar dengan alat bantu audio-visual. Teknologi Pembelajaran merupakan gabungan dari tiga aliran yang saling berkepentingan, yaitu media dalam pendidikan, psikologi pembelajaran dan pendekatan sistem dalam pendidikan.
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang dijelaskan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan, baik melalui kata-kata atau kalimat tertentu, bahkan keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan Demikian anak didik lebih mudah mencerna bahan yang dipelajarinya, dari pada tanpa bantuan media. Namun perlu diingat, bahwa peranan media tidak akan terlihat, jika penggunaanya tidak sejalan dengan isi dan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan. Seperti kita ketahui bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman. Pengalaman itu sendiri dapat berupa pengalaman langsung maupun pengalaman tidak langsung.
Dalam proses pembelajaran tidak semua pengalaman langsung bisa kita hadirkan pada siswa dalam kelas, untuk maksud itulah kehadiran media akan sangat membantu kita agar dapat membantu siswa agar memberikan berbagai pengalaman, sekalipun dalam bentuk pengalaman tidak langsung. Mengapa perlu media dalam pembelajaran? Pertanyaan yang sering muncul mempertanyakan pentingnya media dalam sebuah pembelajaran. Kita harus mengetahui dahulu konsep abstrak dan konkrit dalam pembelajaran, karena proses belajar mengajar pada hakekatnya adalah proses komunikasi, penyampaian pesan dari pengantar ke penerima. Pesan berupa isi/ajaran yang dituangkan kedalam simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-kata dan tulisan) maupun non-verbal, proses ini dinamakan encoding. Sedangkan penafsiran simbol-simbol komunikasi tersebut oleh siswa dinamakan decoding.
Ada kalanya penafsiran berhasil, adakalanya juga tidak. Kegagalan / ketidakberhasilan dalam memahami sesuatu itu terjadi manakala informasi yang kita terima kurang jelas didengar, dibaca, dilihat atau diamati. Kegagalan/ketidakberhasilan atau penghambat dalam proses komunikasi dikenal dengan istilah barriers atau noise. Semakin banyak verbalisme, maka semakin abstrak pemahaman yang diterima. Disini jelas terlihat, peran dan fungsi media adalah sebagai alat bantu pembelajaran yang dapat membantu agar siswa tidak abstrak dalam memahami sesuatu yang sedang dipelajarinya.
Untuk lebih memahami peran dan kedudukan media dalam proses pembelajaran, terutama dalam perannya membantu siswa untuk memberikan pengalaman, maka Edgar Dale (1969) melukiskan berbagai pengalaman belajar itu dalam suatu kerucut yang dinamakan Kerucut Pengalaman (Cone of Experience).

Gambar 2.2
Kerucut Pengalaman Belajar Edgar Dale
Dari gambar tersebut dapat kita lihat rentangan tingkat pengalaman dari yang bersifat langsung hingga ke pengalaman melalui simbol-simbol komunikasi, yang merentang dari yang bersifat kongkrit ke abstrak, dan tentunya memberikan implikasi tertentu terhadap pemilihan metode dan bahan pembelajaran, khususnya dalam pengembangan Teknologi Pembelajaran. Pemikiran Edgar Dale tentang Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) ini merupakan upaya awal untuk memberikan alasan atau dasar tentang keterkaitan antara teori belajar dengan komunikasi audio-visual. Kerucut Pengalaman Dale telah menyatukan teori pendidikan John Dewey (salah satu tokoh aliran progresivisme) dengan gagasan- gagasan dalam bidang psikologi yang tengah populer pada masa itu.
Sedangkan, James Finn seorang mahasiswa tingkat doktoral dari Edgar Dale berjasa dalam mengusulkan bidang komunikasi audio-visual menjadi Teknologi Pembelajaran yang kemudian berkembang hingga saat ini menjadi suatu profesi tersendiri, dengan didukung oleh penelitian, teori dan teknik tersendiri. Gagasan Finn mengenai terintegrasinya sistem dan proses mampu mencakup dan memperluas gagasan Edgar Dale tentang keterkaitan antara bahan dengan proses pembelajaran
Kerucut Edgar Dale ini memberikan gambaran pada kita bahwa proses pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalaminya langsung, melalui proses pengamatan dan mendengarkan melalui media tertentu atau mungkin hanya melalui proses mendengarkan melalui bahasa. Jika pengalaman belajar siswa melalui pengalaman langsung, maka akan memberikan hasil belajar yang kongkret. Jika hal demikian tidak mungkin terjadi dalam kelas, seperti misalnya proses persalinan pada binatang, maka guru dapat menggunakan model, dengan demikian siswa akan tetap mendapatkan pengalaman yang mendekati kongkret. Begitu seterusnya, semakin keatas dari kerucut pengalaman Edgar Dale ini, maka pengalaman belajar yang diperoleh siswa akan semakin abstrak. Semakin konkret siswa mempelajari bahan pengajaran, maka semakin banyaklah pengalaman belajar yang diperolehnya.
Media merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber pesan ataupun penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut. Aplikasi media pembelajaran berpijak pada kaidah ilmu komunikasi, yaitu “who says what in which Channels to whom in what effect” Media pembelajaran berperan sebagai “wahana penyalur pesan atau informasi belajar sehingga mengkondisikan seseorang untuk belajar”. Secara umum media memiliki kegunaan yaitu: memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis, mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra, menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar, memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori & kinestetiknya, memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman & menimbulkan persepsi yang sama.
Harus kita akui bahwa media memberikan kontribusi positif dalam suatu proses pembelajaran. Pembelajaran yang menggunakan media yang tepat, akan memberikan hasil yang optimal bagi pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajarinya. Menurut Kemp & Dayton (1985 : 43), kontribusi media dalam pembelajaran adalah :
• Penyampaian pembelajaran dapat lebih terstandar
• Pembelajaran dapat lebih menarik
• Waktu penyampaian pembelajaran dapat diperpendek
• Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
• Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan
• Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan
• Peran guru berubah kearah yang positif
(Kemp & Dayton : 1985)

Semakin sadar kita akan pentingnya media serta segala sesuatu yang dapat membantu proses pembelajaran, semakin hari dapat kita rasakan. Pengelolaan alat bantu pembelajaran sudah sangat dibutuhkan.
Dari uraian di atas, dapat ditarik satu kesimpulan bahwa ada hubungan yang sangat erat dan saling berkaitan antara media dan tujuan pembelajaran. Hubungan keduanya saling mempengaruhi kearah positif, artinya pemilihan media pembelajaran tertentu akan sangat menguatkan dan cocok pada tujuan pembelajaran tertentu pula. Mengenai hubungan ini, Allen mengemukakan tentang hubungan antara media dengan tujuan pembelajaran, sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini :
TABEL 2.1
Hubungan antara Media dan Tujuan Pembelajaran

Jenis Media 1 2 3 4 5 6
Gambar Diam S T S S R R
Gambar Hidup S T T T S S
Televisi S S T S R S
Obyek Tiga Dimensi R T R R R R
Rekaman Audio S R R S R S
Programmed Instruction S S S T R S
Demonstrasi R S R T S S
Buku teks tercetak S R S S R S

Keterangan :
R = Rendah S = Sedang T= Tinggi
1 = Belajar Informasi faktual
2 = Belajar pengenalan visual
3 = Belajar prinsip, konsep dan aturan
4 = Prosedur belajar
5 = Penyampaian keterampilan persepsi motorik
6 = Mengembangkan sikap, opini dan motivasi

2. Kedudukan Media dalam Sistem Pembelajaran
Sistem adalah suatu totalitas yang terdiri dari sejumlah komponen atau sebagian yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Pembelajaran dikatakan sebagai suatu sistem karena didalamnya mengandung komponen yang saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan, komponen-komponen tersebut meliputi : tujuan, materi, metoda, media dan evaluasi. Masing-masing dari komponen tersebut saling berkaitan erat dan merupakan satu kesatuan yang utuh. Dengan demikian, akan menjadi suatu sistem yang tidak sempurna, manakala suatu pembelajaran tidak didukung oleh salah satu komponen tersebut. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut :

Gambar 2.3
Kedudukan Media dalam Proses Pembelajaran

3. Fungsi Media dalam Proses Pembelajaran
Dalam kegiatan pembelajaran, secara umum media mempunyai fungsi sebagai berikut :
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya :
a. Objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film atau model;
b. objek yang terlalu kecil, dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar;
c. gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan Timelapse atau High Speed photography;
d. kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal;
e. objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram dan lain-lain; dan
f. konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim dan lain-lain) dapat divisualisasikan lewat film, gambar dan lain-lain.
3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk :
a. Menimbulkan kegairahan belajar;
b. memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan;
c. memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

4. Jenis dan Karakteristik Media Pembelajaran
Mengingat banyaknya media dalam pembelajaran, maka dirasa sangat perlu untuk melakukan pengelompokkan terhadap berbagai media pendidikan yang ada tersebut. Pengelompokkan ini secara praktis dimaksudkan agar memudahkan kita sebagai pengguna dalam memahami prinsip penggunaan, perawatan dan pemilihan media dalam proses pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya (2006 : 170), media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi tergantung dari sudut mana melihatnya.
a. Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam :
1) Media auditif,
yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.
2) Media visual,
yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Jenis media yang tergolong ke dalam media visual adalah: film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis dan lain sebagainya.
3) Media audiovisual,
yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua.
b. Dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat pula dibagi ke dalam :
1) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak,
seperti radio dan televisi. Melalui media ini siswa dapat mempelajari hal-hal atau kejadian-kejadian yang aktual secara serentak tanpa harus menggunakan ruangan khusus.
2) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu, seperti film slide, film, video, dan lain sebagainya.
c. Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dapat dibagi ke dalam :
1) Media yang diproyeksikan,
seperti film, slide, film strip, transparansi, dan lain sebagainya. Jenis media yang demikian memerlukan alat proyeksi khusus seperti film projector untuk memproyeksikan film, slide projector untuk memproyeksikan film slide, operhead projector (OHP) untuk memproyeksikan transparansi. Tanpa dukungan alat proyeksi semacam ini, maka media semacam ini tidak akan berfungsi apa-apa.
2) Media yang tidak diproyeksikan,
seperti gambar, foto, lukisan, radio, dan lain sebagainya.
Pendapat lain dikemukakan oleh Rudy Brets (2004:44) , yang mengklasifikasikan media menjadi 7 (tujuh), yaitu:
1. Media audio visual gerak, seperti: film bersuara, pita video, film pada televisi, Televisi, dan animasi
2. Media audio visual diam, seperti: film rangkai suara, halaman suara, dan sound slide.
3. Audio semi gerak seperti: tulisan jauh bersuara.
4. Media visual bergerak, seperti: film bisu.
5. Media visual diam, seperti: halaman cetak, foto, microphone, slide bisu.
6. Media audio, seperti: radio, telepon, pita audio.
7. Media cetak, seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri.

Penjelasan dari pengelompokan di atas adalah sebagai berikut :
Media visual
Yaitu media yang hanya dapat dilihat, yang termasuk kelompok visual misalnya : foto, gambar, poster, grafik, kartun, liflet, buklet, torso, film bisu, model 3 dimensi seperti diorama, mokeup dan sebagainya.
Media Audio
Adalah media yang hanya dapat didengar saja, seperti : kaset audio, radio, MP3 Player, iPod.
Media Audio Visual
Yaitu media yang dapat dilihat sekaligus dapat didengar, misalnya : film bersuara, video, televisi, sound slide,
Multimedia
Adalah media yang dapat menyajikan unsur media secara lengkap seperti :
suara, animasi, video, grafis dan film.
Multimedia sering diidentikan dengan komputer, internet dan pembelajaran berbasis komputer (CBI).
Media Realia
Yaitu semua media nyata yang ada dilingkungan alam, baik digunakan dalam keadaan hidup maupun sudah diawetkan. Misalnya tumbuhan, batuan, binatang, insectarium, herbarium, air, sawah dan sebagainya.
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada disekitar lingkungan kegiatan belajar yang dapat digunakan untuk membantu optimalisasi hasil belajar. Optimalisasi hasil belajar ini dapat dilihat tidak hanya dari hasil belajar (output) namun juga dilihat dari proses berupa interaksi siswa dengan berbagai macam sumber yang dapat merangsang untuk terjadinya proses belajar dan mempercepat penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif terhadap bidang ilmu yang dipelajarinya. Pemanfaatan sumber belajar dapat dikatagorikan menjadi dua , yaitu sumber belajar yang sengaja dirancang untuk pembelajaran (by design) dan sumber belajar yang dapat langsung dimanfaatkan yang berada dilingkungan tempat kegiatan belajar yang tidak secara khsusus dirancang untuk pembelajaran (by utilization)
Setiap media mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari segi kemampuannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya. Memahami karakteristik berbagai media pengajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya dengan keterampian pemilihan media pengajaran. Di samping itu memberikan kemungkinan pada guru untuk menggunakan berbagai jenis media pengajar secara bervariasi. Sedangkan apabila kurang memahami karakteristik media tersebut, guru akan dihadapkan kepada kesulitan dan cenderung bersikap spekulatif. Sebelum menggunakan media dalam pembelajaraan, guru harus memahami karakteristik, jenis serta pengelompokkan dari media yang akan digunakannya. Dengan media yang akan digunakannya tersebut, guru harus menyakinkan dirinya bahwa media yang akan digunakannya tersebut, akan benar-benar memberikan nilai positif terhadap kualitas pembelajaran yang akan dilakukannya. Lebih spesifik mengenai pengelompokkan media ini dilakukakan oleh Anderson, (1976). Menurut pendapatnya pengelompokkan media instruksional dapat diperlihatkan pada tabel berikut ini :
Tabel 2.2
Pengelompokan Media menurut Anderson

KELOMPOK MEDIA MEDIA INSTRUKSIONAL
1. Audio • pita audio (rol atau kaset)
• piringan audio
• radio (rekaman siaran)
2. Cetak • buku teks terprogram
• buku pegangan/manual
• buku tugas
3. Audio – Cetak • buku latihan dilengkapi kaset
• gambar/poster (dilengkapi audio)
4. Proyek Visual Diam • film bingkai (slide)
• film rangkai (berisi pesan verbal)
5. Proyek Visual Diam dengan Audio • film bingkai (slide) suara
• film rangkai suara
6. Visual Gerak • film bisu dengan judul (caption)
7. Visual Gerak dengan Audio • film suara
• video/vcd/dvd
8. Benda • benda nyata
• model tiruan(mock up)
9. Komputer • media berbasis komputer; CAI (Computer Assisted Instructional) & CMI (Computer Managed Instructional
Masih menurut Anderson (1976), Pengelompokkan media pendidikan berdasarkan klasifikasinya dapat diperlihatkan dalam tabel berikut ini :

Tabel 2.3
Klasifikasi Jenis Media menurut Anderson

KLASIFIKASI JENIS MEDIA
Media yang tidak diproyeksikan Realia, model, bahan grafis, display
Media yang diproyeksikan OHT, Slide, Opaque
Media audio Audio K aset, Audio Vission, aktive Audio Vission
Media video Video
Media berbasis komputer Computer Assisted Instructional ( Pembelajaran Berbasis Komputer)
Multimedia kit Perangkat praktikum

5. Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran
Sebagaimana telah disinggung di depan, bahwa setiap media pembelajaran memiliki karakteristik dan keampuhan masing-masing, maka diharapkan kepada guru agar mampu menentukan pilihannya sesuai dengan kebutuhan pada saat melakukan kegiatan belajar mengajar. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai penggunaan media menjadi penghalang proses belajar mengajar yang dilakukan guru dalam kelas. Harapan yang besar tentu saja agar media menjadi alat bantu yang dapat mempercepat/mempermudah pencapaian tujuan pengajaran. Ketika suatu media akan dipilih, dan atau ketika suatu media akan dipergunakan, ketika itulah beberapa prinsip pemilihan media perlu diperhatikan dan dipertimbangkan oleh guru.
Sudirman N. (1991) mengemukakan beberapa prinsip pemilihan media pengajaran yang dibaginya kedalam 3 kategori, sebagai berikut:
a) Tujuan Pemilihan
Memilih media yang akan digunakan harus berdasarkan maksud dan tujuan pemilihan yang jelas. Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran (siswa belajar), untuk informasi yang bersifat umum, ataukah untuk sekedar hiburan saja mengisi waktu kosong? lebih spesifik lagi, apakah untuk pengajaran kelompok atau pengajaran individual, apakah untuk sasaran tertentu seperti anak TK, SD, SMP, SMU, SMK, siswa tuna rungu, tuna netra, masyarakat pedesaan, ataukah masyarakat perkotaan. Tujuan pemilihan ini berkaitan dengan kemampuan berbagai media.
b) Alternatif Pilihan
Memilih pada hakikatnya adalah proses membuat keputusan dari berbagai alternatif pilihan. Guru bisa menentukan pilihan media mana yang akan digunakan apabila terdapat berbagai media yang dapat diperbandingkan. Sedangkan apabila media pengajaran itu hanya ada satu, maka guru itu bisa memilih, tetapi menggunakan apa adanya .
Dalam menggunakan media hendaknya guru memperhatikan sejumlah prinsip tertentu agar penggunaan media tersebut dapat mencapai hasil yang baik. Prinsip-prinsip itu menurut Nana Sudjana (1991:104) adalah ;
1. Menentukan jenis media dengan tepat; artinya, sebaiknya guru memilih terlebih dahulu media manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang akan diajarkan.
2. Menetapkan atau memperhitungkan subjek dengan tepat; artinya, perlu diperhitungkan apakah penggunaan media itu sesuai dengan tingkat kematangan/kemampuan anak didik.
3. Menyajikan media dengan tepat; artinya, teknik dan metode penggunaan media dalam pengajaran harus disesuaikan dengan tujuan, bahan metode, waktu, dan sarana yang ada.
4. Menempatkan atau memperlihathan media pada waktu, tempat dan situasi yang tepat. Artinya, kapan dan dalam situasi mana pada waktu mengajar media digunakan. Tentu tidak setiap saat atau selama proses belajar mengajar terus-menerus menjelaskan sesuai dengan media pengajaran.

Keempat prinsip ini hendaknya diperhatikan oleh guru pada waktu ia menggunakan media pengajaran.
c) Kriteria Pemilihan Media
Kriteria utama dalam pemilihan media pembelajaran adalah ketepatan tujuan pembelajaran, artinya dalam menentukan media yang akan digunakan dasar pertimbangannya adalah bahwa media tersebut harus dapat memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan. Mc, Connel (1974) mengatakan bila itu sesuai pakailah !, ”If the medium fits, use it”, artinya pemilihan media harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan karakteristik media yang bersangkutan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan media ini, diantaranya :
1. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran;
artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi, sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami peserta didik.
2. Kemudahan dalam memperoleh media yang akan digunakan;
artinya media yang diperlukan mudah diperoleh. Media grafis umumnya mudah diperoleh bahkan dibuat sendiri oleh guru.
3. Keterampilan guru dalam menggunakannya;
apapun jenis media yang diperlukan, syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam prosses pembelajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya, tetapi dampak dari penggunaan oleh guru pada saat terjadinya interaksi belajar siswa dengan lingkungannya
4. Tersedia waktu untuk menggunakannya;
sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pembelajaran berlangsung
5. Sesuai dengan taraf berpikir siswa;
memilih media untuk pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan taraf berfikir siswa sehingga makna yaang terkandung didalamnya mudah dipahami oleh siswa.
d) Model/ Prosedur Pemilihan Media
Beberapa pakar pendidikan telah banyak memberikan arahan tentang bagaimana model/ prosedur pemilihan media yang tepat digunakan untuk berbagai situasi belajar serta sesuai dengan karakteristik dari materi yang akan diajarkannya. Jika dilihat dari bentuknya, cara-cara pemilihan media dikelompokan mejadi 3 model
1) Model Flow chart,

Adalah model yang menggunakan sistem pengguguran/ eliminasi dalam pengambilan keputusan pemilihan media. Reiser & Gagne (1983). Adalah salah satu yang mengembangkan model pemilihan media menggunakan model flow chart. Secara umum, Reiser & Gagne memberikan suatu tuntunan kepada kita sebagai guru yang akan mempergunakan media dalam proses pembelajaran. Proses pemilihan media yang akan dipergunakan tersebut akan sangat tergantung kepada karakteristik dari materi pelajaran yang akan diajarkan. Ada beberapa pertanyaan yang harus kita jawab sebelumnya, sebelum kita mengambil keputusan untuk menentukan jenis media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran di kelas. Beberapa pertanyaan yang dimaksud adalah menyangkut :
• Apakah pelajaran yang akan disampaikan merupakan sikap atau berupa informasi verbal?;
• apakah menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan keterampilan?;
• apakah menyangkut pengajaran keterampilan praktis ?;
• dan beberapa pertanyaan lainnya
Untuk menentukan pilihan medianya , pola alur berpikir kita akan dipandu oleh sebuah diagram alur (flow chart) . dengan diagram alur ini kita sebagai guru akan akan dengan mudah memilih media yang tepat sesuai dengan karakteristik dan kandungan materi pelajaran yang akan diajarkan. Lebih jelasnya prosedur pemilihan media menggunakan diagram alur (flow chart) ini diperlihatkan pada gambar 2.4 berikut ini :

Gambar 24
Diagram Alur Pemilihan Media menurut Reiser & Gagne
(Sumber : Sadiman, dkk, 1984 hal 88)

Contoh lain diberikan pada gambar 2.5. Pada gambar tersebut digambarkan diagram alur (flow chart) untuk pemilihan media yang berdasarkan modus siarannya. Artinya jika rancangan pembelajaran yang dimaksud untuk pembelajaran jarak jauh (Distance Learning), baik itu menggunakan media radio media TV atau mungkin teleconfrence Diagram alur (Flow Chart) untuk jenis pemilihan berdasarkan modus siaran ini dikembangkan oleh Gagne & Reiser. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut :

Gambar 2.5
Diagram Alur Pemilihan Media berdasarkan modus siarannya
dikembangkan Reiser & Gagne
(Sumber : Sadiman, dkk, 1984 hal 89)

Dari diagram alur yang dikembangkan oleh Reiser & Gagne tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : langkah pertama yang dilakukan guru sebelum melakukan pemilihan media berdasarkan modus siarannya adalah menentukan tujuan dari pembelajaran. Setelah tujaun ditetapkan, identifikasi materi atau konten yang akan diajarkan sesuai tujuan yang telah ditetapkan tersebut apakah menyangkut masalah sikap verbal atau tidak? Jika jawabannya ”ya”, maka pertanyaan berikutnya adalah apakah secara spesifik materi tersebut hanya menyangkut ”Sikap”? jika jawabannya ”ya”, maka media yang cocok untuk digunakan adalah : ”siaran radio, siaran TV, drama radio dan drama TV”. Sebaliknya jika jawabannya ”tidak”, maka masuk ke kotak sebelah kanan, dengan kata lain materi pelajaran hanya berhubungan atau tentang verbal saja. Sampai sini kita belum memutuskan jenis media yang akan digunakan, akan tetapi harus menjawab satu pertanyaan lagi yaitu ”Apakah materi tersebut membutuhkan atau tergantung pada informasi ”visual’?”. Jika ”ya”, maka pilihan media jatuh pada Televisi, sebaliknya jika ”tidak”, maka pilihan media yang akan dipergunakan adalah ”telekonfrence”.
Kembali lagi ke awal diagram alur, tepatnya pada pertanyaan awal, apakah materi pelajaran yang telah ditetapkan menyangkut masalah sikap verbal atau tidak? Jika jawabannya ”tidak”, berarti materi tersebut berhubungan dengan ”keterampilan”. Sampai langkah ini, kita diarahkan pada pertanyaan ”Apakah keterampilan fisik atau bukan?” Jika jawabannya ”ya”, maka media yang cocok adalah ”siaran TV dengan tutor”, sebaliknya jika jawabnnya ”tidak”, maka pilihan medianya jatuh pada ”siaran radio dengan tutor”.
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan; keadaan peserta didik; ketersediaan; dan mutu teknis.
2) Model Matrik,
Adalah model yang menangguhkan kriteria pemilihannya diidentifikasi
3) Model Chek List,
Adalah model yang juga menangguhkan keputusan pemilihan sampai semua Kriteria dipertimbangkan.
Tabel 2.4
Pemilihan Media Berdasarkan Kontrol Pemakai
(Sumber : Sadiman dkk, 2005: 19)

Kontrol Portabel Untuk Dirumah Siap setiap saat terkendali mandiri Umpan Balik
Media
Televisi Tidak ya tidak tidak ya tidak
Radio Ya ya tidak tidak ya tidak
Film Ya ya ya sulit sulit tidak
Video Kaset Tidak sulit ya ya ya tidak
Slide Ya ya ya ya ya tidak
Film Strip Ya ya ya ya ya tidak
Audio Kaset Ya ya ya ya ya tidak
Piringan Hitam Tidak ? ya ya sulit tidak
Buku Ya ya ya ya ya tidak
Teks Program Ya ya ya ya ya tidak
Komputer Tidak ya ya ya ya sulit
Permainan Ya ya ya ya tidak ya


Di tulis Oleh:

http://dadimedina.wordpress.com/2009/03/05/hakikat-media-pembelajaran/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan Comment disini !

Comment

Little Motivation

Bahasa Arab merupakan bahasa dunia nomor dua dari bahasa asing yang kerap digunakan dalam hal ini 'bahasa inggris', mengapa demikian?
ada sebuah realita dalam masyarakat yang bisa kita analogikan untuk hal ini.
"ketika penulis berjalan di sebuah kampung, di bilangan bandar lampung dan sekitarnya, mungkin pula terjadi disemua tempat di indonesia.
seorang anak berumur kira kira 7 tahun dengan fasih melantunkan lagu cinta mati, atau lupa-lupa ingat yang dipopulerkan oleh kuburan band. walau penulis belum seberapahafal liriknya, namun hal ini memberikan gambaran kepada kita, betapa seorang anak kecil yang notabenenya belum bisa apa-apa dengan lugu dan fasihnya melafalkan lirik lagu tersebut.
terkadang penulis berfikir, mengapa hal seperti ini tidak ada pada bahasa arab?
pun begitu adanya dengan bahasa inggris, bahkan sampai tukang ojekpun berlomba untuk bisa bahasa inggris. lagi-lagi pertanyaannya mengapa halini tidak terjadi pada bahasa arab?
Jawabannya adalah:
Karena bahasa arab tidak dibiasakan. sungguh betapapun usaha seseorang untuk bisa bahasa arab, bila tidak ada kontinuitas, maka hasilnya tidak akan maksimal. sekali lagi, TIDAK AKAN MAKSIMAL!
Ada sebuah ungkapan dari guru penulis ketika penulis melanjutkan pendidikan di tingkat MA, ustad Al-mukarram Wahidin Rais:
Ust Alm. Kamal Badri Berkata:
"allughah adah, wal adah tuktasab ila tikrar wa istimrar"
Artinya: 'Sejatinya bahasa itu adalah kebiasaan, dan kebiasaan itu terbentukatas pengulangan dan kontinuitas'.
Semoga Hal ini menjadi perenungan bagi kita.
Tetap semangat dan terus berusaha.....

Created by: Bang cha-cha